Recent Posts

Sabtu, 09 Juni 2012

As big as a lemon

Ditulisan yang sebelumnya, Draft big as a lemon adalah tulisan yang harusnya saa posting saat itu juga setelah saya menyelesaikan tulisannya.
tulisan tersebut saya tulis sekitar 2 hari lalu, entah mengapa saya memutuskan untuk melanjutkannya nanti karena saya merasa memang tulisan tersebut belum selesai walaupun saya juga tidak tahu pasti mau menulis apalagi. mungkin saat itu yang terbesit dikepala saya, saya akan menanti sebuah kejadian menarik lagi hari itu dan saya akan menulisnya, makanya saya simpan saya tulisan tersebut menjadi 'Draft' diblog ini.

Begitulah sekiranya cerita didalam tulisan sebelum ini yang menghubungkan dengan tulisan ini. As big as a lemon.

Mari kita mundur kebelakang sejenak.
Di tanggal 28 april 2012, dihari itulah pertama kali saya menemui dari saya positif hamil anak kedua, rasanya luar biasa tidak mampu saya gambarkan. Senang, gembira, senang, gembira, senang, gembira hehehe maaf pengulangan, rasanya mungkin melebihi arti dari kata tersebut.

Setelah 8 bulan menunggu, ahirnya Tuhan memberikan rejeki yang luar biasa tak ternilai. Kami sempat melakukan program, belum program juga sih, tapi kami datng ke rumas sakit bersalin di sekitar jakarta selatan untuk mencoba peruntungan kami disana, ada beberapa kerabat yang sukses menjalani programnya yang ahirnya membuat mereka mempunyai keturunan. PRosesnya cukup panjang, kami berdua (saya beserta suami) diharuskan melakukan beberapa tes kesuburan, lumayan banyak juga yang harus dilakukan. Suami saya harus melakukan tes darah lalu spermanya pun dicek kualitasnya. Yang berat mungkin saya, harus melakukan tes darah berkali kali, lalu juga melakukan tes hsg yang sakitnya minta ampun, saya juga harus melakukan entah lah apa itu namanya yang mengharuskan saya untuk dibius total. Intinya perjalannya lumayan panjang untuk menerima  hasilnya dan uang yang dikeluarkan juga sangatlah mahal kalau menurut saya.

Sebulan kemudian hasilnya sudah ditangan, namun dokter mengatakan bahwa kami berdua sebenarnya tidak terlalu banyak masalah, hanya 'katanya' saya mempunyai riwayat terkena rubbela dan toxco, serta suami mempunyai banyak sperma berkualitas yang cukup rendah. Saat pulang kerumah kami membawa oleh oleh lumayan banyak, yaitu obat obatan yang harus kami minum setiap harinya. Tidak hanya satu obat, tapi banyak. Dan lagi lagi, biayanya pun lumayan besar untuk menebus resep obat obatan tersebut.

Selang 1 bulan kemudian dimana sudah habislah obat obat tersebut, saya bersama suami memutuskan untuk tidak melanjutkan program yang mungkin masih 1 langkah itu. Saya berhenti menggunakan obat obatan, dan saya beserta suami memutuskan untuk mengganti gaya pola hidup yang tidak terlalu sehat. Lalu kami menvcoba memulainya dengan berolah raga dan makan makanan yang sehat.

Ya Alhamdulillah, selang beberapa bulan kemudian (saya kurang pasti brp bulannya) sayapun ahirnya positif hamil. Masih tergambar dengan jelas raut wajah suami saya saat saya membangunkannya dengan berita kehamilan saya, lucu deh, muka tegang karena dibangunin, kaget kali ya ada yang bangunin pagi pagi, tapi juga seneng karena berita menggembirakan tersebut. Sorenya kami memutuskan untuk memeriksakan ke obgyn, dan hasilnya pun sesuai, saya positif hamil.

Memang saya akui, diawal kehamilan, emosi saya sangat naik turun tidak beraturan, mudah sekali marah, mudah sekali sedih, dan lain lain. mungkin karena perubahan hormon yang terjadi membuat saya kalang kabut dan sempat stres dibuatnya. Masuk ke minggu ke delapan, saya beserta suami sedikit dihantui rasa khawatir yang tinggi. Saya menemukan flek yang lumayan sering dan bisa terjadi tiap hari. Lalu kamipun memutuskan untuk kedokter kandungan lagi untuk memeriksakan kandungan saya.

Saat itu juga kandungan saya dikatakan masih sangat lemah, saya diberi obat penguat dan dinyatakan harus bedrest selama 2 minggu dirumah. Saya menuruti perintah dokter untuk stay dirumah tanpa banyak bergerak. mungkin saya seperti diikat diatas kasur karena saya tidak diijinkan suami untuk bergerak kesana kemari walaupun dirumah sendiri. Dokter mengatakan saya harus kontrol 2 minggu lagi setelah hari itu.

seminggu berlalu, 2 minggu berlalu, di usia kehamilan ke sepuluh minggu, saya mendapati diri saya sudah membaik mungkin ya, obatpun sudah habis, dan tidak ada lagi flek flek yang saya alami. Karena keadaan yang menurut saya sudah normal dan tidak ada yang perlu di khawatirkan, saya tidak perlu datang kontrol lagi seperti yang dianjurkan dokter. Saya bilang kesuami saya untuk melakukan kontrolnya nanti saja saat kehamilan berusia 12 minggu. Entahlah, saya ga mau kebanyakan kontrol dan melihat usg terlalu sering, saya ingin setiap datang kontrol kedokter saya dikejutkan dengan perkembangan janin saya. Saya ingin melihat perubahan perubahan yang signifikan.

Mungkin kita bisa kembali ke judul sebelum tulisan ini. ya itulah rasanya yang saya rasakan, Saya yang bawel ini antusias sekali dengan kehamilan ini, saya menyambut kehamilan ini dengan bahagia walaupun terdengar cuek tidak seperti suami saya. Saya yang punya pengharapan bahwa si kandungan yang sekarang mungkin sebesar buah lemon ini  akan berkembang dengan baik. Lucunya mungkin sekarang dia didalam perut saya besarnya seperti buah lemon.

As big as a lemon, itulah perkiraan saya, tapi nyatanya tadi malam saya datang ke dokter yang berbeda, kebetulan beliau adalah dokter yang menangani kehamilan saya yang pertama. Memang menjadi keputusan kami berdua untuk datang ke dokter ini karena masalah kenyamanan. Beliau sangat senang mengetahui bahwa sekarang saya sudah 11 minggu, lalu seperti biasa saya melakukan usg untuk dilihat perkembangan janin ini. Betapa kagetnya saya, kantong yang memang berumur 11 minggu itu mempunyai janin yang sangat kecil yg berumur 6 minggu, terlalu kecil dan tidak berkembang. Campur aduk rasanya, takut mendengarkan kira kira apa yang hendak dikatakan oleh dokter.

Saya lupa dan saya tidak memperhatikan sepenuhnya yang dokter katakan tentang istilah medis dari apa yg saya hadapi. Intinya bahwa janin ini tidak berkembang semana mestinya, hal paling memungkinkan adalah untuk digugurkan karena memang sangat kecil kemungkinannya untuk dilanjutkan. Saya benar benar tidak bisa berfikir, jantung saya berdetak kencang dan rasanya saya tidak mampu bernafas karena begitu kaget mendengar hal ini.

Saya mungkin bukan orang yang pandai menceritakan detail apa yang terjadi, kuretpun langsung dilakukan hari itu juga. Yang saya ingat hanya menangis dan menangis saja. Menyalahkan diri sendiri serta bertanya kenapa harus seperti ini. Sayapun menyakinkan diri saya bahwa Tuhan punya rencana yang lebih baik. Seolah semua itu berperang dalam diri saya. Saya benar benar tidak tahu apa yang saya pikirkan. Sebelum dan sesudah kuret itu dilakukan saya hanya mampu menangis dan menangis saja.

Seperti itulah yang kira kira terjadi. Saya masih hancur mengingat apa yang terjadi tapi saya berusaha mengiklaskan semuanya.. Bukan saya yang berkendak, saya hanya mampu berharap saja.



0 komentar:

Posting Komentar