Sesuai dengan judul diatas, tulisan ini memang saya dedikasikan untuk suami tercinta saya yang sedang mengalami perjuangan yang panjang dalam memahami istrinya yang mungkin kali ini sedang mengalami begitu banyak luapan emsoi yang tidak terkontrol dengan baik. (fiuuuh, ahirnya nyampe titik juga)
Istrinya siapa lagi kalau bukan saya tentunya..
3 hari saya melewati masa masa terberat setelah saya ahirnya kehilangan janin dalam perut saya ini, saya belajar memahami bahwa yang tidak dikehendaki olehNya adalah memang yang terbaik menurutNya.
Dalam perjuangan saya memahaminya, terkadang saya merasa dihukum oleh Tuhan atas kesalahan-kesalahan yang saya perbuat dimasa lalu. Kadang saya juga befikir bahwa yang terjadi kemarin mungkin karena tidak siapnya kami sebagai orang tua. Atau mungkin karena saya masih ragu atau suami yang masih ragu, atau ini atau itu..
Tidak henti hentinya saya bertanya, Kenapa Tuhan?
Saya gak sanggup melakukan itu semua, mencari jawaban jawaban dari semua pertanyaan saya, kadang saya tertawa, ' Tidak dengan 3 hari kamu akan menemukan jawabanya noy ' dalam hati saya bergumam..
Menangis, menangis dan hanya menangis..
Yang paling terberat adalah saat terbangun dari tidur dipagi hari, rasanya kosong tidak tahu apa yang mau saya lakukan. Saya terbiasa dengan kegiatan menyendiri dikala suami bekerja dan kakak bumi sekolah, saya habiskan dengan membaca, atau menonton tv atau apapun itu tapi saya tidak merasa sendiri, karena saya selalu merasa saya bersama si dejan (dedek janin) yang ada diperut saya. Tapi sekarang, saya sendiri saat suami dan kakak bumi tidak ada dirumah.
Setiap hal, setiap momen, setiap lagu, ataupun setiap detik yang dilalui bisa meninggalkan sedih yang terdalam untuk saya, selalu menangis. Saya tidak mampu menahan kesedihan ini, kehilangan sebuah pengharapan besar yang akan membuat hidup saya akan jauh lebih berwarna. Sebuah penantian ahirnya hilang begitu saja, dan saya harus menatanya kembali.
Saya selalu berfikir, sampai kapan saya harus menunggu lagi? apakah saya harus menanti untuk waktu yang sangat lama?
Mudahnya saya menangis, mudahnya saya sedih dengan segala hal, mudahnya saya menjadi rapuh dan mudahnya saya marah. Mudahnya saya melampiaskan itu kepada suami saya. Dia yang selalu menggenggam tangan saya, mengapus air mata saya, memeluk erat saya. Dia yang selalu jadi tempat terahir saya mencurahkan semua emosi saya.
Kekuatannya membuat dia bertahan menghadapi saya. Entah terbuat dari apa hatinya, tidak goyah saat saya memaki maki dia karena kesalahan pahaman. Dia bertahan saat saya tiba tiba marah tanpa alasan. Dia kembali dari perjalannya menuju kantor karena saya mengatakan saya tidak sanggup dengan semuanya. Dia bertahan dengan 'Kedramaan' saya.
My super husband, saat hamil pertama, dia sudah repot dengan perubahan hormon yang menyebabkan saya bertingkah menyebalkan. Diapun sekarang memberikan dadanya lebih lebar lagi untuk memeluk saya. Dia yang terhebat yang saya punya.
My super husband yang terkadang menyebalkan dengan tingkah lakunya yang konyol tapi punya hati yang besar untuk menampung hati saya.
My super husband yang mengganggu saya dengan suara ngoroknya dimalam hari tapi punya suara yang lantang menyuarakan bahwa dia mencintai saya.
Terima kasih ayah sudah menemani bunda melewati ini.
Recent Posts
2 komentar:
Insyaallah segera dapat penggantinya, ya *hugs nOiy*
how lucky u are...
Posting Komentar